Saat dihadapkan dengan adanya banyak masalah, entah itu dirumah atau di kantor, kamu pasti tidak dapat menerimanya dengan kepala dingin begitu saja. Ada satu peristiwa dimana kamu terasa “terjerat” dalam luapan emosi. Kamu tidak dapat berpikir jernih untuk mencari jalan keluar dari masalah itu, hingga, lama kelamaan, kamu stres. Kamu pun kemudian meminta pertolongan pada teman. Tanpa disadari, beban itu juga melanda pikirannya karna ia tidak tega melihatmu bersedih.
Nah di Indonesian Free akan di bahas nih freeners, apakah stres dapat menular? Yuk di simak jawaban dari para ahlinya.
Profesor Jaidep Bains, Ph. D. dan timnya dari University of Calgary menerangkan kalau ternyata stres itu racun yang dapat menular. Menurut Jaidep ditulis dari situs MyDomaine, stres itu digambarkan dengan “… ada susunan yang menyusut dan ada jumlah, fungsi, dan kualitas jaringan pada ruang spesifik yang menghilang. ”
Pernyataan ini didapat Jaidep dan timnya saat melakukan eksperimen pada 2 ekor tikus, jantan dan betina. Mereka memisahkan kedua tikus itu untuk sementara waktu sebelumnya pada akhirnya disatukan kembali. Eksperimen itu menunjukkan kalau kedua tikus itu alami stres. Hal semacam ini dibuktikan dengan munculnya hormon CRH (stres) yang keluar dari dalam otak. Hormon CRH ini datang dari kelenjar hipotalamus yang responsif pada stres. Oleh sebab itulah kenapa kedua tikus itu saling tertekan saat dipisahkan.
Kesimpulan dari eksperimen ini yaitu kalau saat ada di sekitar seorang yang stres, bisa mempengaruhi kesehatan mental diri sendiri. Tetapi, menurut Jaidep stres tidak selamanya bersifat negatif. Stres malah bisa menciptakan ikatan sosial antar individu karna kamu berkomunikasi dan mencurahkan perasaanmu dengan orang lain.