
Sepertinya menarik untuk menulis kisah perjalanan seorang dosen ini. Dosen yang penuh dengan canda dan Kegigihan, mungkin itu kalimat yang tepat di sandang beliau. Beliau adalah Bapak Taufan Prahara G., M.I.Kom Seorang dosen yang patut di contoh di era digital ini dimana suatu proses dan kerja keras sudah tidak berlaku lagi. Bisa di lihat perilaku atau budaya remaja sekarang dengan kehidupan yang serba mudah dan instan. Pribadi kerja keras dan dedikasi untuk remaja di era sekarang sepertinya sudah sangat susah di temui.
Berbeda dengan Pak Taufan ini, Beliau mendapatkan gelar seorang sarjana bahkan seorang dosen tidaklah mudah. Di sela-sela beliau mengajar, beliau bercerita saat-saat berjuang saat menjadi mahasiswa.
Sebelum beliau memutuskan untuk meneruskan kuliah beliau hanya seorang karyawan restauran biasa yang aktivitas kesehariannya jauh dari yang namanya ilmu akademik, terang saja yang namanya karyawan restauran pasti setiap hari bergelut dengan yang namanya aneka menu, omset dan obrolan-obrolan seputar aktivitas restauran bahkan obrolan klasik seperti “Kapan naik gaji”
Tapi dengan pola pikir yang berbeda beliau memutuskan untuk kuliah dan beliau pindah profesi menjadi guru TK. Sebenarnya untuk melanjutkan kuliah beliau masih merasakan keragu-raguan”bisa atau tidak”, Tapi dengan tekad yang kuatlah beliau menetapkan diri untuk kuliah.
Tak sampai disitu saja, Ketika sudah menjadi mahasiswapun beliau masih banyak yang perlu di hadapi seperti biaya kuliah, pembagian waktu dan lain-lain. Beliau pernah bercerita saat waktu bayaran kuliah beliau bersusah payah mencari suntikan dana untuk biaya kuliah. Tapi disitulah proses perjuangan yang pasti akan mendapatkan hasil indah dari proses yang sulit itu.
Saat lulus S1 beliau memutuskan untuk melanjutkan S2 dan saat itulah beliau mulai di perhatikan oleh dosen hingga akhirnya setelah lulus S2 beliau di minta untuk menjadi dosen.
Pak Taufan mengajar di Universitas Budi Luhur Jakarta, Beliau mengajar dengan cara yang sangat unik namun menginspirasi mahasiswanya. Gayanya mengajar bisa dibilang cukup aneh dan nyentrik. Canda tawa selalu ada dalam setiap sesi mengajarnya.
Cara mengajarnya benar-benar lugas dan jelas membuat mahasiswa benar-benar memahami dari setiap materi yang di bahas. Tidak seperti dosen-dosen yang lain yang cara mengajarnya seperti “kereta malam menuju surabaya” sama sekali tak bisa di pahami di tambah jika mengajar di kelas eksekutif/kelas karyawan yang akan membuat mahasiswanya kelabakan.
Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua dan melihat dari kisah Pak Taufan di atas, Mungkin ini adalah kalimat yang perlu di perhatikan untuk generasi era digital ; “Dalam hidup tidak ada yang mudah dan gratis, ada harga yang perlu di bayar”
To Be Continue..